Untuk Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Lebih Baik

Selasa, 27 Januari 2009

JMPB Makasar Rapat Tindaklanjuti Bencana Banjir di Sulbar


JURnaL - Jaringan Masyarakat Peduli Bencana (JMPB) Makassar, Selasa (27/1) melakukan rapat menindaklanjuti hasil assessment bencana banjir di Sulawesi Barat, yang dilaporkan dalam rapat, Rabu (21/1) lalu. Dalam rapat yang dilaksanakan di Kantor JURnaL Celebes, Jl. Damar 48, Panakukkang, Makassar tersebut, antara lain diputuskan JMPB Makassar masih akan terlibat dalam penanggulangan pascabencana yang merenggut 13 jiwa tersebut.
  JMPB Makassar akan menunggu iformasi dari Posko Nahdlatul Ulama di Poelwali. Dalam pekan ini, JMPB Makassar akan berupaya menggalang bantuan, terutama kebutuhan yang kurang terpenuhi, misalnya obat-obatan untuk mengantisipasi penyakit yang timbul pascabencana banjir. Disamping itu, kebutuhan lain misalnya kebutuhan anak-anak dan perempuan, serta pakaian layak pakai.
  JMPB Makassar juga kemungkinan akan memediasi berbagai pihak untuk memberikan bantuan material, terutama berupa bahan-bahan bangunan, mengingiat ribuan rumah penduduk hanyut dan rusak berat dalam musibah ini.
  Sampai Selasa, sesuai informasi, bantuan sudah mulai menjangkau sejumlah wilayah yang terisolir saat tejadi bencana. Jika beberapa hari terakhir, bantuan harus disalurkan lewat udara, maka mulai dua hari terakhir, sudah ada kendaraan darat yang bisa menjangkau wilayah tersolir, setelah kerusakan infrastruktur bisa diatasi secara darurat.
  Sampai Selasa (27/1), Posko Induk di Polewali, Ibukota Kabupaten Polewali Mandar, serta beberapa posko di sejumlah kecamatan, tidak berfungsi maksimal. Hal ini disebabkan karena penangangan bencana banjir yang melanda Kabupaten Polman dan Majene, Sulawesi Barat ini, tidak ditangani dengan baik. Minimnya koordinasi dan akses informasi, menyebabkan penyaluran bantuan juga kacau balau.
  Selain kurang, relawan yang bekerja dalam bencana yang terjadi Sabtu (10/1) lalu tersebut, juga para relawan tidak terkoodinir, sehingga terpaksa harus melakukan aktivitas masing-masing.
  Seperti diberitakan sebelumnya, banjir di Polam dan Majene ini menimbulkan kerussakan material antara lain 1.640 rumah rusak parah, 562 rumah hanyut dan 3.930 rusak ringan. Fasilitas lain yang rusak berat dan ringan di antaranya sekolah, pasar, instalasi listrik.
  Sedangkan hingga Selasa, data pengungsi atau korban bencana tersebut masih simpang-siur. Petugas di posko mengalami kesulitan mengidentivikasi masyarakat yang terkena dampak bencana, karena umumnya mereka menumpang di keluarga masing-masing, setelah hunian mereka rusak diterjang banjir. (m) 

Tidak ada komentar: