Pernyataan ini diungkapkan peserta diskusi tentang etika jurnalistik dan kontrol publik yang dilaksanakan, Jumat (13/11/2009) petang di Ruang Pertemuan YLP2EM, Parepare, Sulwesi Selatan.
Diskusi yang diikuti utusan dari organisasi masyrakat sipil (OMS) dan jurnalis ini digelar JURnaL Celebes bekerja sama dengan Yayasan Tifa.
Peserta dari People Care menyatakan, berita tentang gerakan eksisntensi perempuan jarang dipublikasikan media massa. Kalaupun terpubliksi, itu hanya berupa berita pendek dan dimuat di pojok-pojok halaman surat kabar.
Sebaliknya, jika ada peristiwa yang menyangkut perempuan, media justru membesar-besarkan informasi iu, bahkan jika seorang public figure, media massa selalu mengeksploitasi . Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya perceraian dan poligami, media dianggap melakukan diskriminasi terhadap perempuan.
Karena itu, OMS peduli perempuan di Parepare berharap, dalam upaya menegakkan etika, media massa atau jurnalis tidak mendiskriminasi kaum perempuan. Mereka juga meminta media agar tidak menyepelekan isu-isu tentang perempuan.
Pada diskusi serupa yang digelar di Palopo, Kamis (12/11/2009), peserta menilai saat ini media massa cenderung mengutamakan aspek bisnis dan keinginan pemilik modal. Hal ini kemudian mempengaruhi orientasi media massa yang kadang mengabaikan kepentingan pembaca, etika jurnalistik , dan idealism.
Peserta diskusi di Parepare maupun di Palopo menilai banyak media massa tidak professional dengan memproduk wartawan yang tidak professional. Fenomena ini sulit diatasi, karena di satu sisi wartawan sebagian wartawan berproses kea rah professional, sementara di sisi lain ada sebagian wartawan yang justru hanya memanfaatkan profesi untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kepentingan tertentu. (m)