(Tanah Adat
dan Petani Jadi Sumber Utama Pangan Nasional)
Sony Keraf |
JURnaLCelebes-Masamba. Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Sony Keraf, mengkritik
pemerintah karena hanya mengejar ketahanan pangan dan mengabaikan kedaulatan
pangan. Akiabtnya, pemerintah hanya bertumpu pada ketersiadaan hasil bumi dan
impor pangan yang justru akan mengancurkan potensi pangan-pangan lokal yang
akan berdampak pada krisis pangan nasional.
Pernyataan
ini disamapikan Sony Keraf pada Rapat Umum dan Konsultasi Nasional menandai
pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN) di Lapangan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Minggu
(18/9/2011.
Tampil
sebagai narasumber di hadapan sekitar 150 masyarakat adat yang memenuhi
Lapangan Kecamatan Sabbang itu, Sony Keraf juga menyatakan tanah-tanah adat dan
petani menjadi sumber utama produksi yang memenuhi kebutuhan pangan nasional. Karena
itu dalam kebijakan adaptasi perubahan iklim dan REDD+, masyarakat adat harus
dilibatkan karena sebagai pemilik wilayah adat, hidup mereka sangat tergantung
pada hutan. Sebagai pengawal hutan dan sumber daya alam, masyarakat adat
menjadi benteng terakhir yang menjaga kelangsungan pangan masa depan.
Tentang
ketahanan dan kedaulayan pangan, Sony mengatakan, kedaulatan atas pangan tidak
sama dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan dapat berarti negara bertumpu
pada hasil bumi atau produk-produk impor dari luar untuk memenuhi kebutuhan
pangan. Sementara kedaulatan atas pangan bertumpu pada kekuatan lokal dalam
negeri, untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Jika pola ketahanan pangan terus
dipertahankan, pemerintah akan merusak potensi lokal dan itu berarti merusak
potensi pangan nasional.
‘’Biarkan
orang NTT makan jagung, jangan dipaksa makan nasi. Biarkan orang Papua makan
sagu dan jangan dipaksa makan nasi, sebab sumber kekuatan lokal mereka adalah
jagung dan sagu, bukan beras. Biarkan orang Luwu Utara makan nasi dan sagu
karena dua sumber pangan itu berada di sini. Kalau masing-masing daerah sudah
bertumpu pada kekuatan pangan lokal masing-masing, pemerintah tidak perlu susah
payah dan ironis mengimpor beras, kedele, kacang,’’ papar Sony Keraf.
Penulis buku Etika Lingkungan Hidup ini juga mengkritik pengelolaan sumber daya energi
yang hampir secara keseluruhan masih bertumpu pada minyak bumi dan batubara.
Menurut Sony, pemerintah Indonesia harus melakukan identifikasi dan mendorong
pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan, misalnya panas bumi, mikrohidro,
panas matahari, atau gas dari kotoran hewan, yang dapat diakses dan dikelola
oleh masyarakat adat.
‘’Padahal
sesuai pengalaman, dua ekor sapi bisa menghasilkan energi gas untuk memenuhi
kebutuhan beberapa rumah tangga, selain menghasilkan pupuk organik,’’ ungkap
Sony memberi contoh.
Lahan-lahan
produktif, tambah Sony, sumber-sumber pertanian rakyat, sumber-sumber air dan
sumber-sumber pangan organik harus dilindungi dan dilestarikan. Sepanjang
sejarah proses ini telah dilakukan masyarakat adat.
Rakernas
dan konsultasi nasional AMAN berlangsung mulai 18-22 September 2011 di Masamba,
Ibukota Kabupaten Luwu Utara dan Desa Rinding Allo, Kecamatan Limbong,
Kabupaten Luwu Utara. Konsultasi nasional dan rapat umum dilangsungkan di
Masamba, sementara rakernas dihelat di Desa Rinding Allo, sebuah kampung
komunitas adat Rongkong di dataran tinggi gugusan verbek Sulawesi. (mustam arif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar