Untuk Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Lebih Baik

Senin, 19 Januari 2009

300 Meja MAN Amblas




JURnaL - Derita memilukan akibat bencana banjir di Polman dan Majene, Sulawesi Barat, Sabtu (10/1) lalu juga dirasakan para siswa dan guru Madrasah Aliah Negeri (MAN) Polewali Mandar. Gedung sekolah yang berada di Jl. Raya Majene, Kecamatan Mappili, ini terpaksa harus memindahkan proses belajar-mengajar di rumah-rumah penduduk dan gedung sekolah terdekat yang tidak dilanda bencana.
  Kepada Tim Assessment Jaringan Masyarakat Peduli Bencana (JMPB) Makassar, Haedar Tasaka dari AMAN Sulsel dan Ai Marjayanti dari JURnaL Celebes, Kepala MAN Polewali Mandar Dra. Hj. Ruaedah, SPd, MSi menyatakan kerugian sementara ditaksir Rp 1,5 miliar.
  Ruaedah merinci fasilitas sekolah tersebut yang rusak dan hilang di antaranya 300 pasang meja-kursi belajar hilang karena dihanyutkan banjir. Fasilitas perpustakaan serta laboratorium Bahasa dan IPA serta berbagai fasilitasnya rusak berat, sebagian sarananya ikut dihanyutkan banjir. Kemudian lapangan tenis dan lapangan basket juga rusak diterjang banjir.
  Sebanyak 35 unit komputer juga ikut ditelan banjir. Sarana itu tidak bisa digunakan meski tidak sempat dihanyutkan seperti bangku dan meja.
  Pagar beton bagian depan sepanjang 30 meter ambruk diterjang banjir. Kondisi yang sama juga menimpa pagar keliling bagian belakang gedung sekolah sepanjang 150 meter.
  Kisah Ruaedah, pada hari Sabtu (10/1) meski hujan yang turun terus menerus mulai Jumat, dan beberapa wilayah sudah terendam air, tetapi proses belajar mengajar di sekolah ini tetap dilaksnaan.
  Namun, bencana itu akhirnya tiba. Sekitar pukul 10:30 Wita, genangan air menerobos masuk ke halaman dan kemudian dalam sekejap genangan itu, bukan hanya menutupi halaman, tetapi langsung menerjang ke ruangan-ruangan.
  Ketika itu, pihak sekolah langsung mengambil keputusan, proses belajar-mengajar dihentikan. Para murid dan guru langsung berhamburan menyelamatkan diri. Meski ada pihak yang mencoba menyelamatkan aset di sekolah tersebut, ternyata terjangan banjir di siang hari itu tidak bisa dibendung.
  Tak lama kemudian, setelah semua orang di sekolah itu menyelamatkan diri, genangan air yang diperkirakan sekitar dua meter tersebut telah merendam seluruh ruangan gedung sekolah. Bangku-bangku sudah hanyut dibawa air. Sementara fasilitas lain pun ikut hanyut.
  Di bagian depan, pagar tembok ikut ambruk dihajar aliran banjir. Demikian juga dengan pagar bagian belakang.
  Dua hari kemudian, masyarakat dan para guru dan murid datang membenahi kerusakan. Mereka memungut bagian-bagian koputer, meja dan bangku yang belum sempat hanyut, serta buku-buku perpustakaan yang tersangkut dan tidak sampai dihanyutkan air. (m)

Tidak ada komentar: