Untuk Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Lebih Baik

Senin, 19 Januari 2009

Pasar Lenyap, 423 KK Kehilangan Rumah di Petoosang





JURnaL - Duka nestapa mendera sekitar 423 kepala keluarga di Desa Petoosang, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Dalam bencana banjir, Sabtu (10/1) lalu, desa ini benar-benar luluh-lantah. Satu pasar lenyap menyisakan bekas berupa tanah kosong.
  Sejumlah fasilitas umum dan infrasruktur rusak total, bahkan amblas diterjang banjir. Sampai satu minggu, warga korban bencana belum mendapat bantuan memadai. Mereka bergotong-royong memungut kembali sisa-sisa bangunan untuk membuat tempat hunian sementara.
  Tim Assessment dari Jaringan Masyarakat Peduli Bencana (JMPB) Makassar, Haedar Tasaka dari AMAN Sulsel dan Ai Marjayanti dari JURnaL Celebes di lokasi kejadian melaporkan, Desa Petoosang merupakan wilayah yang paling parah dari bencana banjir kali ini.
  Letak desa ini memang sangat rentan, karena dikepung dua sungai. Karena itu, ketika pukul 06:00 wita, Sabtu (10/1), saat banjir sudah menggenangi desa tersebut, warga tidak bisa lagi menyelematkan diri dengan keluar dari desa.
  Dalam suasana panik di pagi itu, Kepala Dusun 3 langsung mengkoordinir warga. Mereka langsung diungsikan ke bukit. Di atas bukit itulah, warga menyaksikan rumah dan segala fasilitas di desa amblas diterjang banjir.
  Setelah beberapa jam di atas bukit, warga ketakutan karena tinggal beberapa meter lagi, genangan air itu mencapai puncak bukit. Jika sampai menggenagi puncak bukit itu, maka ratusan warga tersebut akan ikut hanyut, karena tidak mungkin mereka lari ke arah belakang bukit, karena di tempat itu dibatasi sungai yang telah meluap.
  Warga akhirnya hanya pasrah dan berdoa menyaksikan berbagai material umumnya kayu gelondongan yang tercabut dengan akar-akarnya, menyerbu desa itu. Untung saja, hujan reda dan kemudian genangan bajir perlahan-lahan surut.
  Kini sejauh mata memandang, desa tersebut tinggal puing-puing rumah yang hancur berantakan, serta tumpukan material yang umumnya kayu gelondongan. Warga masyarakat yang mengumpulkan puing-puing rumah dan kembali membangun menjadi hunian sementara mengungkapkan kesedihan di antaranya menulis di puing-puing kehancuran pada batang kayu dan papan dengan ungkapan mialnya ’’Dusun 3 Hancur, Lena Tinggal Kenangan’’.
  Di desa ini ada lima dusun. Keruskan paling parah di Dusun 3, karena berada pada posisi paling rendah.
  Sampai sepekan, tidak ada posko bantuan di desa ini. Warga yang berusaha secara gotong royong untuk membenahi apa yang masih bisa digunakan. (m)

Tidak ada komentar: