JURnaL - Tim Assessment dari Jaringan Masyarakat Penanggulangan Bencana (JMPB) Makassar yang melaksanakan asessment untuk bencana banjir di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan Kebupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, Rabu (21/1) melaporkan hasil assessment, dalam rapat JMPB Makassar, dilaksanakan di Kantor JURnaL Celebes. Dalam pertemuan dihadiri perwakilan dari delapan lembaga tersebut, Haedar Tasaka dari AMAN Sulsel dan Ai Marjayanti dari JURnaL Celebes melaporkan hasil assessment mereka di enam kecamatan yang dilanda banjir.
Wilayah paling parah terkena banjir adalah Kecamatan Allu dan Tinambung. Semua korban jiwa sebanyak 10 orang adalah warga Allu.
Bencana diakibatkan oleh banjir setelah hujan terus-menerus kurang lebih satu hari. Air mulai naik sekitar pukul 10.00 wita, Sabtu (10/1). Banjir berasal dari luapan Sungai Mandar, kecamatan Tinambung, Desa Sepabatu, serta Sungai Malloso.
Bencana banjir yang terjadi merupkan banjir dengan siklus 10 tahunan. Banjir besar telah terjadi 1987, 1999, 2000, 2009.
Haedar dan Ai mengemukakan, menemukan kesulitan di lapangan, karena tidak tersedianya data. Penanggulangan bencana ini tampaknya tidak terkoordinir. Banyak bantuan menumpuk di Posko.
Para pengungsi tidak berada di posko yang disiapkan. Mereka lebih memilih tinggal di rumah keluarga masing-masing. Masalah lain yang menyangkut pengungsi karena tidak tersedinya tenda untuk pengungsi (shelter) di hampir semua kecamatan.
Koordinasi menjadi masalah utama dalam tanggap darurat hingga pascabencana. Akibatnya banyak relawan yang bingung, apa yang harus dikerjakan, seperti sudah dilansir media ini sebelumnya. Ada Satkorlak Sulbar, tapi masing-masing pihak melakukan mandat sendirii, disamping terkesan bingung apa yang harus dilakukan.
Selain itu, tidak dilakukan registrasi penduduk terkena bencana, menyebabkan pihak-pihak yang membutuhkan informasi untuk menjadi acuan pemberian bantuan, sangat kesulitan.
Faktor kesulitan juga berupa lokasi bencana yang satu dengan lain sangat berjauhan. Sementara beberapa wilayah yang dilanda bencana terisolir karena rusaknya infrastruktur berupa jalan raya dan jembatan. Korban bencana yang tersolir, satu satu pekan setelah bencana, belum bisa diaskes bentuan, kecuali lewat helikopter yang disebut dari pemerintah, tetapi dilebeli spanduk Partai Golkar.
Data tentang kerussakan material antara lain 1.640 rumah rusak parah, 562 rumah hanyut dan 3.930 rusak ringan. Fasilitas lain yang rusak berat dan ringan di antaranya sekolah, pasar, instalasi listrik.
Bantuan yang DibutuhkanBantuan yang mendesak saat untuk korban bencana antara loain pakaian, khususnya pakaian wanita, anak-anak, dan sarung, obat-obatan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi diare dan penyakit pascabanjir lainnya, serta, pompa air atau sarana air bersih, peralatan mandi, mencuci, dan masak.
Disamping itu, untuk rekonstruksi, warga yang terkena bencana sangat membutuhkan bantuan berupa bahan-bahan bangunan.
Melihat kondisi lapangan serta kurangnya peran dan koordinasi, JMPB Makassar masih akan berpartisipasi dengan rencana mengirim 10 orang relawan ke pada tanggal 26 Januari 2008, tergantung situasi.
Kini JMPB Makassar membuka jaringan informasi dengan Posko Unasman dan Posko NU di Polewali, selain Posko Induk di Jalan di Jl. Andi Depu 147 Polman (0428 – 21186). (m)